Depok, 9 Juli 2025 – Institut SEBI bekerja sama dengan ASPEK Indonesia menyelenggarakan Webinar Nasional dan Open House bertajuk “Balada Ojek / Driver Online: Potret Buram Nasib Pekerja Platform Digital” pada Rabu malam (9/7). Kegiatan ini dihadiri oleh lima puluh empat peserta dari berbagai komunitas pekerja digital, akademisi, aktivis buruh, hingga pengelola lembaga pendidikan.
Acara dibuka oleh Presiden ASPEK Indonesia, Muhammad Rusdi, yang menyampaikan pentingnya keberpihakan terhadap pekerja sektor informal dan platform digital. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa ASPEK Indonesia, sebagai konfederasi serikat pekerja lintas sektor, tidak bisa menutup mata terhadap realitas para driver online yang bekerja tanpa perlindungan hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai.
Sesi utama diisi oleh Muhammad Anwar, peneliti IDEAS dan mahasiswa Pascasarjana Institut SEBI, yang memaparkan hasil risetnya terkait kondisi riil para pengemudi ojek daring. Berdasarkan survei terhadap 225 pengemudi di Jabodetabek (2023), ditemukan bahwa 68,9% driver bekerja 9–16 jam per hari, dan hampir 80% bekerja 6–7 hari seminggu tanpa hari libur. “Ini jauh dari standar kerja layak yang ditetapkan ILO,” tegas Anwar.
Anwar menyoroti bahwa akar masalah dalam ekosistem ride-hailing bukan semata soal tarif, tetapi relasi kuasa yang timpang antara aplikator dan pengemudi, di mana pengemudi hanya dianggap sebagai "mitra" tanpa hak tawar. Ia juga menunjukkan bahwa kenaikan tarif justru lebih menguntungkan aplikator karena potongan 20% tetap diberlakukan dari nilai tarif yang lebih tinggi. “Tarif naik, aplikator justru kecipratan lebih banyak,” katanya.
Dalam konteks solusi, Anwar menekankan perlunya regulasi pembatasan potongan, pembentukan dewan tripartit sektor ride-hailing, serta keterlibatan aktif Kementerian Ketenagakerjaan dalam melindungi hak-hak pekerja digital.
Menanggapi hasil riset tersebut, Dr. Sepky Mardian, MM, selaku Wakil Rektor Institut SEBI, memperkenalkan Program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) sebagai jalur pendidikan tinggi berbasis pengakuan terhadap pengalaman kerja. Program ini memungkinkan driver online, kurir, dan pekerja informal lainnya untuk kuliah tanpa harus mengulang dari nol.
“Melalui RPL, SEBI memberikan akses kepada mereka yang telah lama bekerja, agar bisa langsung mengonversi pengalaman kerjanya menjadi SKS kuliah. Bahkan anak-anak para driver juga bisa mendapatkan beasiswa S1 penuh di SEBI,” jelas Sepky. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah salah satu strategi jangka panjang untuk memperkuat posisi sosial dan ekonomi para pekerja platform digital.
Acara ditutup dengan ajakan bagi peserta untuk mendaftarkan diri dalam program RPL dan beasiswa melalui formulir minat yang disediakan. Moderator menekankan bahwa perubahan struktural memerlukan kombinasi antara advokasi kebijakan dan akses pendidikan, agar para pekerja tidak terus-menerus berada di posisi rentan dalam sistem ekonomi digital.